Fenomena PHP dan Friend Zone

Fenomena, memang hanya sebuah fenomena, selalu ada saja perilaku sosial yang terjadi dalam kehidupan anak muda. mereka sendiri yang memberi warna dalam kehidupan mereka dengan aneka warna baik gelap maupun terang.
Setelah banyak istilah dalam kehidupan sosial anak muda seperti galau, LDR dan sebagainya, muncul lagi istilah PHP atau (Pemberi Harapan Palsu), dan Friend Zone. mungkin untuk istilah PHP sudah tidak asing lagi bagi telinga anak muda, karena sudah tersosialisasi dengan baik, namun yang satu lagi yakni Friend Zone mungkin masih sedikit asing bagi telinga kita. nah disini akan kita bahas mengenai hal tersebut.

PHP (Pemberi Harapan Palsu) memang sudah melekat sekali sebagai figur utamanya atau pelakunya adalah seorang cowok, nah kalau Friend Zone adalah istilahnya adalah PHP dengan pelakunya adalah seorang cewek. Jika PHP dilakukan oleh cowok yang sedang mendekati cewek dan menjalin hubungan dan memberi perhatian lebih kepada cewek tersebut namun tidak ada kejelasan dalam hubungan kedepannya, begitupun juga dengan cewek Friend Zone, melakukan hal yang sama kepada seorang cowok, namun tanpa disadari dampak sosialnya amat berbeda dari pada PHP, bahkan lebih bahaya cowok menjadi korban friend zone dari pada cewek korban PHP, waw. mau tau kenapa?


Ini dia jawabannya, mungkin dampak PHP tidak sebesar Friend Zone, karena cowok korban Friend Zone dapat berselisih paham dengan pacar si Friend Zone tersebut (*Karena rata-rata cewek Friend Zone sudah punya pacar*) dan dapat berujung dengan perkelahian antara korban FZ dengan pacar Pelaku FZ. kalau korban PHP mungkin hanya sekedar makan hati dan agak sedikit kesal terhadap cowok PHP tersebut tanpa adanya selisih paham dengan pacar pelaku PHP, karena pelaku bermain sangat aman dalam hubungan dan bahkan mayoritas pelaku PHP adalah jomblo.

Intinya tanda utama FZ yang menyakitkan hati korbannya adalah pelaku FZ sudah memiliki pacar, titik. dan umumnya mereka jarang melakukan kegiatan PDKT lebih jauh dengan jalan berdua saja, pasti dengan teman-temannya, dan yang paling umum adalah  pelaku  FZ biasa melakukan text messaging activity dengan perbincangan yang lama, sehingga korban mengira dia suka kepada kita, bahkan dalam text messaging baik chat maupun sms tersebut memiliki kata panggilan sayang tersendiri atau juga disertai flirting-flirting. jika ditilik dari tujuan si pelaku FZ ini sebenarnya baik juga, karena mereka hanya mencari teman cowok sebagai teman saja atau sahabat, sebagai wadah tempat cerita, dan penolong dalam aktivitasnya, namun mereka melupakan kalau mereka telah memiliki pasangan yang dapat berakibat fatal dalam hubungannya sendiri, atau memang hal tersebut sudah diperhitungkan sehingga menjadikan korban FZ sebagai cadangan apabila mereka telah putus.

Lalu yang perlu diperhatikan bagi korban PHP maupun FZ adalah, biasakan bergaul melakukan kegiatan sosial bersama teman cowok maupun cewek layaknya sebatas teman, hindarkan perasaan suka ataupun cinta, apalagi jika target sudah memiliki pacar, jadi memang sudah terkoridor dalam pertemanan biasa, alias jangan gampang Ge Er. karena umumnya yang menjadi korban itu adalah mereka yang jarang bergaul dalam aktivitas sosial bersama teman lawan jenisnya, sehingga setiap bergaul dengan lawan jenis, kemudian terdapat kedekatan lebih, muncul rasa suka bahkan cinta, yang seharusnya tidak mudah muncul begitu saja, karena semua harus butuh pertimbangan.

Jika kita memang cinta dan suka terhadap cewek, pastikan kalau dia tidak punya cowok atau setidaknya bukan pelaku FZ, karena korban akan sakit hati sekali, karena si cewek ternyata banyak melakukan aktivitas dengan banyak cowok dengan sangat dekat layaknya pasangan namun sebatas teman, mungkin bisa dibilang TTMan atau kelas beratnya kalau tidak punya cowok yah disebut jabl*y.

Umumnya fenomena diatas hanya terjadi dalam usia remaja dan anak muda, yang masih dalam pencarian identitas diri, jarang juga terjadi pada orang yang telah memiliki pasangan atau yang telah memiliki suami atau istri, karena ujungnya dapat bercerai, wah, bahaya ya...




1 komentar:

ATDS Creativemedia © | ATDS Articles